Wednesday, May 10, 2017

Subhan_Allah black stone (hajar aswad)

The Black Stone is the stone which is inset into the south-eastern corner of the Holy Ka’bah on the outside, in a setting of silver. It is the starting-point for tawaaf. Currently it is a meter and a half above the ground.

1. The Black Stone was sent down by Allaah to this earth from Paradise.

It was narrated that Ibn ‘Abbaas said: The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “The Black Stone came down from Paradise.”

(Narrated by al-Tirmidhi, 877; al-Nasaa’i, 2935. The hadeeth was classed as saheeh by al-Tirmidhi).

2. The Stone was whiter than milk, but the sins of the sons of Adam made it black.

It was narrated that Ibn ‘Abbaas said: The Messenger of Allaah (peace and blessings of Allaah be upon him) said: “When the Black Stone came down from Paradise, it was whiter than milk, but the sins of the sons of Adam made it black.”

(Narrated by al-Tirmidhi, 877; Ahmad, 2792. Classed as saheeh by Ibn Khuzaymah, 4/219. Al-Haafiz ibn Hajar classed it as qawiy (strong) in Fath al-Baari, 3/462).

Banyak Peluang Usaha Di Bulan Suci Ramadhan [Puasa] 2017 Ini

Tak terasa bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim sedunia akhirnya hampir tiba juga. Kurang lebih setengah bulan lagi bulan suci Ramadhan dimulai. Pada bulan inilah dimana umat islam menjalankan ibadah puasa rutin yang dilakukan setiap satu tahun sekali selama satu bulan penuh.

Bukan hanya dari segi ibadahnya saja yang diutamakan, melainkan peluang usaha di bulan tersebut juga bertebaran dimana-mana mengingat banyak sekali orang-orang yang pulang ke kampung halamannya masing-masing baik dari luar negeri maupun luar kota dengan membawa sekoper uang dari hasil kerja kerasnya.

Untuk memanfaatkan keadaan tersebut, kita bisa membuat sebuah usaha yang menguntungkan dibulan puasa ini sembari menjalankan ibadah yang nantinya hasil dari usaha tersebut dapat kita gunakan untuk membeli pakaian baru di hari lebaran yang sudah didepan mata.

Yang menjadi permasalahannya adalah, kira-kira jenis usaha apa yang cocok untuk dijalankan dibulan suci ramadhan ini? Mari kita simak beberapa contoh ide peluang usaha yang menguntungkan jika kita terapkan pada bulan puasa ini.

1. Menjual Pakaian Muslim

Karena bulan ini merupakan kebanggan umat Islam, tentu saja apa-apa yang berbau Islam akan sangat digandrungi dan tak terkecuali pakaian muslim untuk keperluan ibadah maupun untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Terlebih lagi, di setiap bulan ini nuansa Islam sangat terasa kental sekali. Untuk itu, kita bisa membuka usaha dengan berjualan busana muslim. Pilihannya sangat beragam, mulai dari
  • Sarung
  • Baju koko
  • Mukena
  • Kerudung
  • Hingga tutup kepala seperti peci dan lain sebagainya.

2. Menjual Makanan dan Minuman

Berjualan makanan sebenarnya sudah biasa, namun karena berjualannya dibulan yang penuh keistimewaan ini, kita bisa menjualmakanan yang khas yang beberapa makanan tersebut hanya ada di bulan Ramadhan.

  • Jus Buah
Berjualan jus buah cocok sekali pada waktu menjelang buka puasa sekitar jam empat sore. Apalagi jika rumah anda berdekatan dengan jalan yang ramai, jus buah anda akan laris manis habis tak tersisa.
  • Kurma
Buah ini identik sekali dengan bulan Ramadhan, walaupun bukan dari Indonesia buah ini berasal, namun lidah orang Nusantara sangat menyukai buah yang tumbuh dipadang pasir ini.

Anda bisa mengkreasikan buah ini dengan menjadikannya jus, kolak kurma, manisan kurma dll untuk menarik minat pembeli.
  • Kolak
Salah satu makanan yang hanya nikmat jika disantap dibulan puasa adalah kolak. Kolak pisang, kacang hijau, biji salak, singkong dan juga teman-teman kolak lainyya sangat memanjakan mulut anda.

Dagangan ini akan lebih laris jika disekeliling tempat berjualan anda terdapat banyak orang-orang sibuk yang tidak ada waktu untuk membuat kolak sendiri sehingga mereka memutuskan untuk membeli saja.
  • Makanan Untuk Sahur
Karena tidak terbiasa bangun terlalu pagi, sebagian orang akan lupa membuat hidangan untuk makan sahur mereka.

Bagi anda yang suka bangun cepet-cepet dan memiliki keahlian memasak, jangan sia-siakan kesmpatan langka ini untuk membuka usaha berjualan makanan untuk sahur.
  • Ketupat dan Lontong
Ini sangat direkomendasikan jika bulan puasa sudah mendekati akhir alias "lebaran sebentar lagi" atau mungkin persis dihari lebaran.

Karena kuliner ini sangat erat kaitannya dengan lebaran, maka hampir setiap orang harus menyuguhkan hidangan yang satu ini saat lebaran.

Namun, karena proses pembuatan bungkus ketupat yang tidak mudah serta bahan yang susah dicari dikota-kota besar, kadang hal ini membuat bingung mereka.

Kemudian anda muncul dengan membawa solusi untuk mereka-mereka yang bingung dengan menjual ketupat atau mungkin hanya menjual bungkusnya saja.
  • Kue kering
Camilan ini juga biasanya disuguhkan saat hari lebaran seperti nastar dll. Maka dari itu, menjualnya pun lebih pas jika sudah mendekati lebaran. Mulai membuat dan berjualan dari sekarang juga tidak masalah, malah itu lebih bagus.

Yang perlu digaris bawahi ketika anda memulai usaha untuk berjualan makanan maupun minuman di bulan puasa adalah Jangan berjualan disiang bolong. Bukan banyak uang yang akan anda dapatkan, melainkan panen dosa yang sangat melimpah. hehe

3. Menjual Jasa

Tidak melulu tentang menjual, jasa anda pun bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Misalnya
  • Menjadi Pemandu Wisata
Ini sangat cocok sekali jika tempat tinggal anda berdekatan dengan lokasi wisata atau mungkin anda paham betul dengan tempat wisata walaupun bukan ditempat anda mengingat banyak sekali orang berlibur dibulan ini.
  • Menjadi Asisten Pribadi / RT
Jasa ini sangat dibutuhkan sekali oleh orang-orang penting yang memliki kesibukan diatas rata-rata. Biasanya, untuk bisa mudik orang-orang seperti ini sangat membutuhkan asisten untuk mengurus keperluan diperjalanan maupun ditempat tujuan.

Tapi usaha ini hanya cocok untuk orang yang sanggup untuk tidak berbaur dengan keluarga tercinta disaat semuanya sibuk dengan keluarganya masing-masing. Sebab, anda hanya akan berkumpul dengan keluarga orang lain, itupun kalau majikan anda berbaik hati.
  • Membuka Bimbel Mengaji
Walaupun yang namanya guru itu harusnya mengajar tanpa perlu mengharapkan tanda jasa, namun sudah semestinya orang berilmu itu pantas untuk mendapatkannya.

Membuka les belajar agama ini sangat tepat untuk anda yang memiliki ilmu agama yang mumpuni. Apalagi disaat bulan puasa banyak sekali kegiatan pesantren kilat diberbagai sekolah.

4. Menyewakan Barang / Tempat

Salah satu jenis usaha yang paling mudah dilakukan adalah menyewakan barang. Kita hanya perlu modal diawal dan kita akan mendapatkan keuntungan berkali lipat dari modal awal.

Dan dibaawah ini adalah beberapa barang yang sangat banyak dicari disaat bulan Ramadhan.

  • Sewa Kamera
Penyewa kamera saat ini sedang banyak sekali dicari oleh mereka yang doyan berfoto. Mengingat harga kamera yang bisa dibilang mahal sehingga jika mereka hanya menyewa, mereka lebih menghemat uang.

Dengan modal sekitar 4 jutaan, anda sudah dapat membeli kamera DSLR yang bagus sekelas Canon 600D dan dapat segera memulai bisnis sewa kamera anda.

  • Sewa Mobil
Jika kebetulan anda memiliki usaha rental mobil atau mungkin punya mobil yang tidak dipakai, alangkah baiknya jika memanfaatkan momen langka ini dengan membuka penyewaan kendaraan roda empat ini.

Disaat-saat seperti inilah kegunaan mobil sangat dibutuhkan baik itu untuk keperluan pribadi maupun kekeluargaan.

Anda bisa menyewakan mobil anda secara menyeluruh atau anda sendiri yang mengambil kemudinya untuk mengantar pelanggan sampai ketempat tujuan.

  • Rental Playstation
Rental playstation juga ikut laris manis dibulan ini. Biasanya karena ada libur panjang disekolah-sekolah atau mungkin anak-anak yang pulang dari perantauan yang sangat menggemari hiburan ini seperti ditempat tinggal saya.

  • Menyewakan Lahan Untuk Tempat Parkir
Ide ini saya dapatkan ketika saya mengunjungi rumah sakit didaerah saya, saat itu pengunjung rumah sakit sangat membludak sehingga tempat penampungan kendaraan di rumah sakit tersebut tidak muat lagi. Dan tidak sengaja saya melihat lahan didepan sebuah rumah warga yang digunakan sebagai tempat parkir.

Wah.. saya pikir, Briliant sekali pemikiran orang tersebut yang mampu memanfaatkan keadaan sekitar untuk membuat sebuah usaha.

Jika rumah anda berdekatan dengan tempat-tempat yang rawan ramai semisal situs wisata, supermarket dan sebagainya, anda bisa mencoba usaha yang satu ini karena pada saat bulan puasa, tempat-tempat tersebut sangat berpotensi ramai.

  • Menyewakan Kamar Penginapan
Menyewakan rumah atau kamar juga merupakan ide bagus untuk membuka usaha dibulan ini. Kamar-kamar tersebut biasanya dicari oleh orang yang sedang melakukan perjalanan panjang untuk mudik dan ingin beristirahat ditengah perjalanan.

Atau mungkin juga oleh orang yang sedang berliburan di tempat wisata. Untuk memulainya, anda bisa membuat poster dipinggir jalan dengan tulisan "Rumah Ini Disewakan", "Ada kamar Kosong" dsb. atau anda juga bisa mempromosikannya secara online melalui Airbnb.

5. Menjual Souvenir Muslim

Bulan Ramadhan tidak bisa lepas dari pernak-pernik yang berbau Islam seperti tasbih, minyak wangi, siwak dsb. Manfaatkan momen ini dengan menjual barang-barang tersebut selagi ramai diminati.

KEMULIAAN MALAM NISHFU SYA'BAN

SYA’BAN adalah bulan dilaporkannya amal saleh sepanjang tahun yang seringkali dilupakan kemuliaannya. Ketika ditanya oleh Sayidah ‘Aisyah rha mengapa beliau saw berpuasa di bulan SYA’BAN lebih banyak dibanding bulan-bulan lainnya, Rasulullah saw menjawab:

ذاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Sya’ban itu bulan antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini banyak diabaikan oleh umat manusia, padahal dalam bulan ini (Sya’ban) amal-amal hamba itu diangkat (dilaporkan) kepada Tuhan alam semesta. Aku ingin amalku diangkat (dilaporkan) kepada Allah sedangkan aku dalam keadaan berpuasa. (HR Nasai)

Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh Khalifah Ali bin Abu Thalib disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا. فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا. فَيَقُولُ: أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka Beribadahlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya ketika matahari terbenam di malam Nishfu Sya’ban Allah turun ke langit dunia dan berkata,

“Adakah yang meminta ampun kepadaKu sehingga Aku mengampuninya, adakah yang meminta rezeki (karunia) kepadaKu sehingga Aku memberinya rezeki, adakah yang sedang mengalami musibah sehingga Aku menyembuhkannya (menyelamatkannya),

Adakah… Adakah..,

(Demikian Allah terus memberikan tawaran kepada hambaNYA) hingga tiba waktu Fajar. (HR Ibnu Majah)

Para ulama salaf maupun khalaf, senantiasa mengajak umat untuk memuliakan bulan SYA’BAN dan terutama MALAM NISHFU SYA’BAN. Imam Syafi’I rahimahullah berkata:

إِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ: فِيْ لَيْلَةِ الجْـُمُعَةِ ، ولَيْلَةِ الأَضْحَى، ولَيْلَةِ الفِطْرِ، وأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ، ولَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

Sesungguhnya doa akan dikabulkan di lima malam, yaitu: Malam Jum’at, Malam Hari Raya Idul Adha, Malam Idul Fitri, Malam Pertama Bulan Rajab dan MALAM NISHFU SYA’BAN (pertengahan SYA’BAN). (Sunanul Kubra AlBaihaqi, Darul Fikr, Juz.V, Hal.110)

Dalam sebuah Hadits, Sayidah ‘Aisyah bercerita, “Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah saw (dari tempat tidur) kemudian aku mencarinya dan ternyata beliau berada di pemakaman Baqi’, sedang menengadahkan wajah beliau ke langit, kemudian beliau berkata, “Duhai ‘Aisyah, apakah engkau khawatir Allah dan RasulNYA akan mengurangi hakmu?” Maka aku (‘Aisyah) berkata, “Aku mengira engkau sedang mendatangi salah satu istrimu.” Maka Rasulullah saw bersabda:

إنَّ الله ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ إلى السَّماءِ الدُّنْيا فَيَغْفِرُ لأكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعرِ غَنَمِ كَلْبٍ

Di malam NISHFU SYA’BAN, ALLAH ‘Azza Wa Jalla turun ke langit dunia dan memberikan ampunan sebanyak bulu domba yang dimiliki oleh suku Kalb. (HR Tirmidzi Dan Ibnu Majah)

Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw bersabda:

يَطَّلِعُ اللَّهُ إلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Di MALAM NISHFU SYA’BAN, Allah mengawasi seluruh makhlukNYA dan mengampuni seluruh makhlukNYA kecuali seseorang yang menyekutukan Allah dan seseorang yang bermusuhan. (HR Thabrani dan Ibnu Hibban danlam Sahihnya)

Jangan lupa share artikel di atas kepada semua umat Islam di manapun mereka berada.

“Bendera Tauhid” Kasultanan Cirebon Dan Yogyakarta

Keberadaan bendera[1] kenegaraan bercorak Islam dengan kelengkapan berupa kalimat tauhid dan petikan ayat Al Quran telah menjadi bagian dari warisan sejarah dan kebudayaan Islam di Indonesia. Dengan mengaca pada sejarah masa lalu bangsa Indonesia, hal ini dapat dilacak kembali jejaknya. Catatan ini akan berupaya membahas tentang 2 (dua) bendera pusaka yang berasal dari Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Cirebon.

BENDERA KASULTANAN CIREBON

Kunjungan penulis ke Cirebon pada 28 Nopember 2010 rasanya adalah yang paling berkesan. Ini bukan saja kunjungan penulis yang pertama namun juga disertai misi untuk menelusuri seluk-beluk Cirebon mulai dari perjalanan sejarah sejak awal hingga perkembangan dakwah beserta tantangan yang terjadi di sana. Boleh dikatakan kunjungan-kunjungan selanjutnya ke kota wali tersebut adalah untuk menggenapi rangkaian data yang dibutuhkan.

Selama di Cirebon, penulis menyaksikan dan melakukan banyak hal. Mengelilingi Keraton Cirebon, melaksanakan shalat di Masjid Agung “Ciptarasa” Pakungwati, menikmati nasi Jamblang, dan lain-lain. Hal yang paling menarik adalah ketika drh. Bambang Irianto memperlihatkan wujud bendera Kesultanan Cirebon. Memang bukan bentuk aslinya karena hanya melalui foto saja. Meskipun demikian hal ini tidak mengurangi ketertarikan penulis untuk mempelajari bentuk dan makna bendera tersebut. Apalagi yang memberikan penjelasan adalah drh. Bambang Irianto sendiri. Beliau adalah Ketua Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon dan sekaligus Penata Budaya Keraton Cirebon. Pak Bambang ini rupanya juga memiliki darah biru di Kasultanan Cirebon. Meskipun tidak menampakkan gelar bangsawannya, akhirnya terungkap bahwa beliau adalah pemilik nama Raden Padmanegara.

Bendera Kasultanan Cirebon berbentuk persegi panjang dengan ujung yang lancip dan memiliki warna dasar biru tua. Menurut sejumlah sumber klasik Cirebon, bendera ini memiliki sebutan “Kad lalancana Singa Barwang Dwajalullah”. Kata “dwajalullah” di atas secara meyakinkan menunjukkan bahwa benda pusaka yang dimaksud merupakan bendera dari sebuah kerajaan (baca: negara) Islam. Kata ini merupakan gabungan antara kata dari Bahasa Sansekerta “dwaja” yang diserap ke dalam Bahasa Kawi dan nama Illah umat Islam yakni Allah. “Dwaja” sendiri artinya “bendera”.[2]Dengan demikian “dwajalullah” bisa dimaknai sebagai “bendera Allah”. Jadi secara keseluruhan nama bendera di atas bisa diterjemahkan sebagai “bendera (milik) Allah dengan lambang (berlencana) singa barong”.

Bagian pangkal bendera bertuliskan bacaan basmallah yang menjadi pangkal tolak semua tindakan. Bagian atas bendera ini bertuliskan Surat Al Ikhlas ayat 1 sampai 4. Hal ini menunjukkan bahwa Kesultanan Cirebon merupakan sebuah kerajaan yang berpayung ajaran tauhid.

‘Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlash: 1-4)

Sedangkan dalam bendera bagian bawah terdapat sebaris kutipan dari Surat Al An’aam ayat 103: “laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaara wa huwallathiiful khabiir” yang artinya ”Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”. Penggunaan ayat tersebut menunjukkan sifat kerajaan yang merasakan adanya pengawasan Allah. Ayat tersebut menunjukkan lemahnya penglihatan manusia dibandingkan kesempurnaan penglihatan Allah. Tiada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya, sedangkan Dia melihat semua makhluk. Menurut tafsir Ibnu Katsir ayat tersebut bukan berarti menafikan bahwa manusia dapat melihat Allah di hari kiamat kelak. Di akhir zaman Allah akan memperlihatkan diri kepada kaum mukminin menurut apa yang dikehendaki-Nya. Adapun keagungan dan kebesaran-Nya, sesuai dengan zat-Nya Yang Maha tinggi lagi Maha suci serta Maha bersih, tidak dapat dicapai oleh pandangan mata.

Bagian pangkal bendera bertuliskan bacaan “Bismillahirrahmanirrahim”  menunjukkan bahwa kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam yang senantiasa mendasarkan segala pemikiran, tindakan, dan memulai segala sesuatu berdasarkan atas nama Allah. Sedangkan bagian ujung terdapat kutipan dari Al Quran Surat Ash Shaaf ayat 13 yang menunjukkan tujuan utama dari kerajaan Cirebon untuk memperoleh karunia pertolongan dan kemenangan dari Allah: “nashru minallah wa fathan qariib“ (pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat)”. Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa pertolongan dari Allah dan kemenangan yang nyata ini bisa diperoleh dengan mentaati Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya serta menolong agama-Nya.

Keberadaan golok bercabang dan lambang singa memiliki sejumlah penafsiran. Menurut drh. Bambang Irianto, Singa barwang atau macan Ali menunjukkan sifat keberanian dan keperwiraan. 

Sedangkan pedang bermata dua atau golok cabang merupakan simbol dari pedang dzulfaqar. Motif mirip golok cabang, sebagaimana terdapat dalam bendera Kasultanan Cirebon, nampaknya merupakan simbol yang secara umum juga dimiliki oleh sejumlah Kasultanan Islam di Nusantara. Kasultanan Yogyakarta memiliki lambang serupa dalam bendera kerajaan yang disebut Kanjeng Kyai Tunggul Wulung.

Stempel resmi milik Sultan Abdul Qadir Muhyiddin (1768-1807), raja Kasultanan Tanette – Sulawesi, diketahui juga menggunakan simbol pedang bermata dua yang bertuliskan aksara bugis: “Ca’na arunge ri Tanette ri asenge Abedollo Kadere Muheudini to mapesonangengngi ri Alla taala sininagauna” (Cap raja Tanette bernama Abdul Qadir Muhyiddin, yang mempercayakan semua pekerjaannya kepada Allah yang Maha Tinggi).[3]

Dalam sejumlah karya sastra klasik Cirebon, penafsiran terhadap keberadaan simbol singa dan golok bercabang dua tersebut juga dapat ditemukan. Dalam pengajaran Syaikh Nurjati kepada Somadullah (Pangeran Walang Sungsang, Putra Prabu Siliwangi) digambarkan keterangan sebagai berikut:
“ … Lalu engkau diberi pula golok cabang yang dapat berbicara dan dapat terbang. Dapat mengalahkan singa, dapat menghancurkan gunung yang gagah perkasa, dan dapat pula mengeringkan air laut yang sedang meluap-luap. Nama golok cabang itu berasal dari perkataan khuliqa lisab’ati asyyaa-a”, artinya dijadikan untuk tujuh perkara. Maksudnya jika engkau menghendaki mendapatkan apa yang engkau kehendaki, engkau harus menghadapi ketetapan anggota badan yang tujuh, ialah anggota sujud. Jelasnya, jika engkau ingin mencapai segala sesuatu, hendaknya engkau tunduk sujud kepada Allah.”[4]

Stempel Sultan Abdul Qadir Muhyiddin dari Kasultanan Tanette berbetuk Pedang Bermata Dua dalam salah satu suratnya (Dok. Mu’jizah)

Babad Tanah Sunda – Babad Cirebon versi Sulaeman Sulendraningrat justru menyediakan pemaknaan bersifat mistik terhadap keberadaan golok cabang. Tersirat pernyataan bahwa golok inilah yang mampu mengeliminasi superioritas dan kuasa para dewa dalam pantheon Hinduisme. Nampaknya pemaknaan secara luas terhadap golok cabang ini memang semestinya diarahkan sebagai representasi kehadiran Islam itu sendiri di tanah Cirebon. Babad yang dimaksud bercerita demikian: “Ini golok cabang pusaka para leluhur terimalah. Ini golok bisa bicara bahasa manusia dan bisa terbang dan bisa keluar api, tiap yang terkena niscaya lebur, walaupun dewa tidak tahan, gunung ambruk dan laut kering”.[5]

Sedangkan lambang singa (sebenarnya: harimau) sebelum masuknya Islam di tanah Cirebon sering diidentikkan dengan simbol kerajaan Pajajaran, sebuah kerajaan Hindhu dan Budha. Kesenian Genjring memposisikan simbol singa sebagai perwujudan Bathari Durga, dewi kejahatan dalam Hindu yang kemudian berhasil diislamkan. Tubuh singa dalam bendera tersebut menunjukkan kecenderungan penafsiran dengan makna ini. Menurut tradisi tutur yang berkembang, singa barwang dalam bendera ini berhiaskan ornamen kaligrafi kalimat tauhid “Laa ilaha illallah” (Tiada illah selain Allah). Dengan mengikuti tradisi ini maka lambang Singa dan Golok Cabang itu melambangkan Islam yang mampu menaklukkan anasir Hinduisme.

Dakwah awal di Cirebon memang tidak bisa tidak harus dihubungkan dengan runtuhnya supremasi Hinduisme di lingkungan Praja Pajajaran. Proses itu menurut tradisi dimulai ketika keturunan Prabu Siliwangi mulai menerima Islam. Syaikh Nurjati merupakan salah satu perintis dakwah di Cirebon. Nama kecilnya adalah Datul Kahfi bin Syaikh Ahmad. Ia pernah menuntut ilmu di Makkah dan bermukim di Baghdad. Selanjutnya ia melakukan perjalanan ke Jawa dan menetap di sebuah bukit kecil bernama Giri Amparan Jati. Dari sinilah dakwahnya dimulai dan secara berangsur-angsur memperoleh murid. Di antara murid yang pernah berguru kepadanya adalah dua orang putra-putri Prabu Siliwangi, yaitu Raden Walang Sungsang dan Nyai Rarasantang.[6] Raden Walang Sungsang yang kemudian dikenal sebutan Cakrabumi dan Cakrabuana  inilah yang telah mengembangkan Cirebon sehingga menjadi sebuah pust penyebaran agama Islam di Jawa. Ketika masih menimba ilmu sebagai murid Syaikh Nur Jati dirinya diberi namaSomadullah yang dalam sejumlah babad diidentifikasi sebagai pemilik golok cabang.

BENDERA KASULTANAN YOGYAKARTA

Sketsa kasar bendera Pusaka Kraton Yogyakarta bernama Kanjeng Kyai Tunggul Wulung (Dok PS)

Sejak awal Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan pewaris dan penerus Kesultanan Mataram Islam, yang memegang nilai-nilai kepemimpinan berdasarkan syari’at Islam. Nilai-nilai syari’at Islam itu kemudian diaktualisasikan dalam bungkus budaya Jawa. A. Adaby Darban memperlihatkan bukti bahwa dalam ihwal ilmu pemerintahan dan ketatanegaraan, etika pemerintahan raja digambarkan dengan mengupas sejumlah sifat yang dihubungkan dengan Allah seperti jalalullah, jamalullah, kamalullah, kaharullah, qudrat, iradat, khayat, sama’,bashar, kalam, dan wahdaniyat. Tema-tema ini terangkum secara jelas dalam kitab bernama Kanjeng Kyai Surya Raja.[7]

Kraton Kasultanan Ngayogyakarta memiliki bendera pusaka yang dikenal dengan nama Kanjeng Kyai Tunggul Wulung. Nama ini nampaknya mengacu pada kainnya yang berwarna hitam bersemu biru tua atau dalam istilah Jawa disebut warna wulung. Bendera berbentuk persegi ini dibuat dari potongan kain kiswah (selubung penutup Ka’bah) sebagai hadiah seorang Sayid besar di Makkah saat penobatan Pangeran Harya Mangkubumi sebagai Susuhunan Paku Buwana Senapati Mataram (gelar ini berbeda dengan gelar Sunan Pakubuwana di Surakarta) atau Susuhunan Kabanaran (karena penobatan dilakukan di Banaran, sekarang termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo) tanggal 1 Sura tahun Alif 1675 atau 11 Desember 1749. Kain ini lantas dibuat menjadi bendera atau panji kerajaan pada masa Pangeran Mangkubumi bertahta di Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengkubuwana I.[8]

Bagi sebagian masyarakat Nusantara, kepemilikan terhadap potongan kain kiswah semacam ini seringkali dihubungkan dengan suatu keyakinan spiritual tertentu. Maka tidak mengherankan jika ada dari jama’ah haji Indonesia yang bersedia membeli potongan-potongan kiswah yang sudah tidak terpakai.[9] Atas alasan itu pula, maka sebuah bendera yang dibuat dari potongan kiswah dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi oleh masyarakat.

Seorang abdi dalem sedang memegang bendera Kanjeng Kyai Tunggul Wulung

Motif yang ada dalam bendera ini adalah sebentuk pedang bermata dua. Bentuk pedang ini mirip dengan lambang golok cabang yang sama terpampang dibendera Kasultanan Cirebon maupun dalam stempel Sultan Abdul Qadir Muhyiddin (1768-1807) dari Kasultanan Tanette di Sulawesi. Pedang bercabang ini menurut salah satu tafsir merupakan hasil stilisasi dari huruf lam alif, huruf pertama dari kalimat tauhid “laa ilaaha illallah”.

Di bilah pedang tersebut terdapat tulisan Arabic antara lain dua kalimat syahadat sebagai tanda persaksian atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad, beberapa nama Allah yang berasal dari Asmaul Husna, dan Surat Al-Kautsar. Surat Alkautsar sendiri adalah salah satu surat dalam Al Quran yang memerintahkan manusia untuk mengerjakan shalat dan berkurban sebagai tanda rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah dianugerahkan.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Alkautsar: 1-3)

Bendera ini biasanya dikeluarkan oleh Kraton dalam upacara-upacara tertentu seperti Grebeg Mulud atau upacara tolak balak. Diantaranya saat Yogyakarta mengalami wabah influenza, bendera Kyai Tunggul Wulung pernah dikeluarkan di Malam Jum’at Kliwon 2 Mulud Tahun Wawu 1849 atau 6 Desember 1918. Juga pernah dikeluarkan dalam upacara yang sama pada Malam Jumat Kliwon 22 Januari 1932, dan terakhir kali pada tahun 1948.[10]

Bendera yang sekarang sering dipakai Keraton Yogyakarta dalam upacara adalah bendera Putran(tiruan) yang dibuat pada masa Sultan Hamengkubuwana VII. Proses pembuatannya dimulai pada hari Jum’at Kliwon 12 Besar Tahun Jimakir 1834 atau 17 Februari 1905 dan selesai pembuatannya pada hari Kamis Pon 25 Besar Jimakir 1834 atau 2 Maret 1905. Bendera ini dibuat mirip dengan aslinya dan diberi nama Kanjeng Kyai Santri. Sedangkan tongkat benderanya diberi nama Kyai Duda namun kemudian lebih dikenal dengan nama Kyai Slamet. Sebelumnya pada masa Sultan Hamengkubuwana V juga telah dibuat bendera pusaka yang disebutKanjeng Kyai Pare Anom. Bendera yang disebut terakhir ini kemudian juga dibuat tiruannya mulai hari Jum’at Wage 26  Besar Jimakir 1834 atau 3 Maret 1905 dan diselesaikan pada hari Jumat Kliwon 22 Sapar Alif 1825 atau 28 April 1905. Selanjutnya bendera-bendera itu, baik asli maupun putran, ditempatkan di Gedhong Hinggil, yang terletak di sebelah barat Masjid Panepen.[11]

Awalnya bendera-bendera pusaka ini dikeluarkan dalam upacara penting semacam Grebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Dari Gedhong Hinggil pusaka ini dibawa ke Bangsal Witana berdekatan dengan Sultan yang sedang dihadap para abdi dalem dalam Pasewakan. Bendera ini lantas dibawa keluar ke serambi masjid agung. Namun sekarang bendera tersebut hanya dikeluarkan di Bangsal Kencana saja. Hal ini dilakukan mengingat usia bendera tersebut yang sudah semakin menua. [Susiyanto]

Penulis: Susiyanto, M.Ag
Peneliti Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI) dan Kandidat Doktor Universitas Ibnu Khaldun
Dipublikasikan ulang seizin penulis dari www.susiyanto.com

FOOTNOTE
[1] Kata “bendera” pertama kali masuk ke dalam Bahasa Indonesia sebagai pengaruh dari penjajahan bangsa Spanyol dan Portugis. Dalam Bahasa Italia, yang termasuk rumpun Bahasa Romawi, kata ini berbunyi “bandiera”. Katabendera ini selanjutnya menjadi kata yang populer di kalangan masyarakat Indonesia dibanding sebutan dalam bahasa setempat untuk benda yang sama diantaranya tunggul, panji, merawal, dwaja, pataka, dan lain sebagainya. Dalam Bahasa Jawa kata “bendera” diserap menjadi “bandera” atau “gendera”. Lihat: Mr. Muhammad Yamin, 6000 Tahun Sang Mérah-Putih, Jakarta: Penerbitan Siguntang, 1951, hlm. 42
[2] Lihat: Mr. Muhammad Yamin, 6000 Tahun …, hlm. 42; C.F. Winter Sr. dan R. Ng. Ranggawarsita, Kamus Kawi-Jawa, Cetakan XVIII, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003, hlm. 43; Sabari, Kamus Basa Jawi, Surakarta: Seti-Aji, 2005, hlm. 50
[3] Stempel ini secara resmi digunakan dalam surat menyurat yang dilakukan oleh Sultan Abdul Qadir Muhyiddin. Surat-surat sultan dari Tanette tersebut didokumentasikan dalam: Mu’jizah, Iluminasi dalam Surat-surat Melayu Abad ke-18 dan ke-19, Jakarta: Gramedia, 2009, hlm. 136-143
[4] Lihat: drh. H. Bambang Irianto dan Siti Fatimah, M. Hum, Syekh Nurjati (Syaikh Datul Kahfi): Perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: STAIN Press, 2009, hlm. 22-23
[5] Lihat: P.S. Sulendraningrat, Babad Tanah Sunda-Babad Cirebon, Cirebon: TP, 1984, hlm. 9
[6] H. Bambang Irianto, Syekh Nurjati (Syaikh Datul Kahfi): Perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: STAIN Press, 2009, hlm. 1-15; Lihat juga: Dr. Muhaimin Ag, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, hlm. 235-237; Kedua putra Prabu Siliwangi tersebut merupakan anak dari pasangannya yang bernama Nyai Subang Krancang atau Nyai Subang Larang. Suatu ketika Raden Jayadewata atau Pamanah Rasa, yaitu nama Prabu Siliwangi muda, memenangkan sayembara berhasil memenangkan sayembara pertarungan untuk bisa melamar Nyai Subang Karancang (Larang) yang menjadi murid Syekh Quro. Raden Pamanah Rasa diberi juga syarat agar mencari Kartika kertiyang berjumlah seratus biji. (maksudnya tasbih). Prabu Siliwangi kemudian diceritakan masuk Islam meskipun tidak untuk seterusnya. Setelah sang istri wafat ia lantas kembali kepada keyakinan lamanya. Dari hasil perkawinan dengan Nyai Subang Larang Prabu Siliwangi memiliki 3 putra yaitu Raden Walang Sungsang (lahir 1423) dan Nyai Lara atau Rara Santang (lahir 1426), dan Raja Sengara lahir 1428. Lihat: Prof. Dr. H. Rokhmin Dahuri, MS, Drh. Bambang Irianto, BA, dan Eva Nur Arovah, Sag. Mhum, Budaya Bahari: Sebuah Apresiasi, Jakarta: Perum Percetakan Negara Republik Indonesia, 2004, hlm. 56
[7] Lihat: Kanjeng Kyai Suryaraja: Kitab Pusaka Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2002, hlm. 40
[8] Hugo M. Satyapara, Ngawekani Pageblug Kanthi Miyose Kangjeng Kyai Tunggul Wulung, dalam Panjebar Semangat No. 25 / 19 Juni 2010, Surabaya, hlm. 8
[9] Prof. Dr. H. Aboebakar Aceh, Sejarah Ka’bah dan Manasik Haji, Cetakan IV, Surakarta: Ramadhani, 1984, hlm. 116
[10] Hugo M. Satyapara, Ngawekani Pageblug …, hlm. 9
[11] Hugo M. Satyapara, Ngawekani Pageblug …, hlm. 8-9

SIAPA YANG TAK RINDU RAMADHAN

RINDU adalah gelegak hati untuk segera berjumpa dengan yang kita cintai. Maka, “Rindu Ramadhan” memuat isyarat bahwa kita mencintai Ramadhan dan berharap segera bisa menemuinya. Jika kemudian kita bisa “bercengkerama” dengan Ramadhan sesuai syariat Islam, maka mendambakan pintu Ar-Rayyan di Surga kelak membuka untuk kita, insya–Allah bukanlah sebuah mimpi.

Posisi dan Janji

Bagi kaum beriman, Ramadhan itu bak seorang kekasih. Lihatlah, kehadiran Ramadhan selalu ditunggu-tunggu dan kebersamaan dengannya diharapkan berlangsung lama. Maka tak mengherankan jika pada saatnya harus berpisah dengan Ramadhan, banyak kaum beriman yang bersedih.

Sikap seperti yang tergambar di atas, sangat bisa dimengerti jika kita hubungkan dengan berbagai keistimewaan Ramadhan. Mari, kita baca ulang sebagian di antaranya.

Pertama, tentang “Madrasah Ramadhan dan Lulusannya”. Di Ramadhan, kita wajib berpuasa agar kita menjadi taqwa. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Sementara, di hadapan Allah, posisi sebagai manusia paling mulia hanya boleh ditempati oleh orang-orang yang paling bertaqwa. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS Al-Hujurat [49]: 13). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Kedua, tentang “Janji Pengampunan”. Bahwa, atas semua dosa yang diperbuat manusia, Allah jadikan puasa Ramadhan sebagai media penghapusnya. ”Barang-siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni” (HR Bukhari – Muslim). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Ketiga, perihal “Pahala yang Dilipatgandakan”. Di dalam Ramadhan besar pahala berlipat-lipat ketimbang di luarnya: “Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat hingga tujuh ratus lipat gandanya” (HR Bukhari – Muslim). Tak hanya itu, amalan-amalan sunnah pahalanya senilai amalan wajib. Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Keempat, soal “Pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup”. Perhatikanlah! “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu” (HR Bukhari – Muslim). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Kelima, tentang “Puasa sebagai ibadah istimewa”. Cermatilah Hadits Qudsi ini: “Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya” (HQR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Keenam, perihal “Doa yang dikabulkan”. Ada perlakuan khusus bagi doa yang dipanjatkan oleh mereka yang sedang berpuasa. “Tiga kelompok yang tidak akan ditolak doanya: Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang teraniaya. Allah menyibak awan dan membuka pintu-pintu langit seraya berfirman: ‘Demi kemulian-Ku dan keagungan-Ku, pasti Aku tolong kamu, walau setelah beberapa waktu’.” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Ketujuh, tentang “Lailatul Qadar”. Di Ramadhan ada malam yang sangat mulia karena nilainya lebih dari seribu bulan. “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS Al-Qadr [97]: 3). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Kedelapan, tentang “Terbinanya optimisme yang tak berkesudahan”. “Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya” (HR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Kesembilan, soal “Masuk surga melalui pintu khusus, Ar-Rayyan”. Cermatilah! “Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut Ar-Rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada Hari Kiamat nanti. Tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup” (HR Bukhari). Maka, jika demikian, siapa tak hendak rindu dengan Ramadhan?

Di Surga pintu-pintunya punya nama seperti Pintu Shalat, Pintu Haji, Pintu Jihad, Pintu Sedekah, dan Pintu Ar-Rayyan. Pintu Shalat diperuntukkan bagi yang banyak melakukan shalat. Pintu jihad untuk yang banyak berjihad. Pintu Sedekah untuk yang banyak bersedekah. Sementara, Pintu Ar-Rayyan khusus bagi yang berpuasa.

Pintu Ar-Rayyan istimewa. Pintu ini akan ditutup setelah orang terakhir –pengamal puasa- masuk. Pintu ini –sekali lagi adalah pintu khusus- hanya untuk yang berpuasa dan akan ditutup setelah semua yang berhak masuk. Hal ini menunjukkan keistimewaan puasa. “Sesungguhnya di Surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan.

Orang-orang yang berpuasa di Hari Kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorangpun memasukinya selain mereka. Lalu dikatakan, ‘Di mana orang-orang yang berpuasa?’ Merekapun bangkit, dan tidak ada seorangpun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorangpun masuk lagi” (HR Bukhari – Muslim).

Alhasil, ketika kita tahu berbagai keutamaan (puasa) Ramadhan, maka pasti kita merindukan kehadirannya dan lalu berpuasa di dalamnya dengan sepenuh semangat. Bersemangat, antara lain dengan berusaha untuk menjalankan puasa agar sesuai dengan apa yang telah Rasulullah Saw contohkan.

Puasa yang kita amalkan dengan segenap semangat insya-Allah akan menaikkan derajat kualitasnya. Maka, di titik ini, dengan terus berusaha menjauhkan sikap riya’, berhak kiranya jika membayangkan bahwa nama kita akan masuk dalam daftar mereka yang boleh melalui pintu eksklusif di Surga yang bernama Ar-Rayyan.

Andai Bisa

Sekarang ini, ketika kita berada di pekan terakhir Sya’ban, rindu bertemu Ramadhan insya-Allah akan segera tertunaikan. Kita bergembira. Lalu, kelak ketika 1 Syawal tiba, kaum beriman yang faham akan keutamaan Ramadhan akan tertunduk sendu: “Duh, andai Ramadhan itu berlangsung sepanjang tahun.” Rindu daku, selalu!

Analisa yg cukup menarik kenapa rezim pemerintah mau membubarkan HTI

1. Kekalahan Ahok pada pilkada DKI membuat rezim penguasa sangat kecewa dan marah, dan salah satu penyebab utama kekalahan Ahok menurut mereka adalah HTI yg mereka sebut ormas radikal atau intoleran, dan HTI jauh-jauh hari sebelum aksi 212 sudah massif mengkampanyekan "Haramnya pemimpin kafir", "Tolak Pemimpin Kafir" dll...

2. Masa kepemimpinan Pak Jokowi tinggal -+ 2 tahun saja lagi, dan masa ini adalah masa yg tidak terlalu lama lagi bagi para kapitalis pendukung rezim penguasa utk membalikkan modal yg sudah mereka keluarkan pada saat mendukung rezim ini utk berkuasa. Para kapitalis itu akan berusaha jor-joran membuat proyek yg menguntungkan mereka, dan tentu kita tahu banyak proyek itu yg akan bertentangan dgn kepentingan rakyat banyak, sebut saja misalnya proyek kelistrikan, sektor tambang, perkebunan, properti dll.

Para kapitalis itu tahu bahwa HTI adalah ormas yg paling getol menentang berbagai kebijakan yg tidak berpihak kpd rakyat kecil, apalagi solusi yg ditawarkan oleh HTI juga bersumber dari nash-nash agama. HTI bagi mereka ibarat monster yg sangat menakutkan.

Mumpung saat ini mereka lagi berkuasa maka mereka akan mencari segala cara utk menghabisi HTI, mereka tdk mungkin berhadapan face to face dgn HTI, karena mereka yakin pasti kalah, karena rakyat pasti mendukung HTI, maka mereka menggunakan instrumen lain dan alat yg menurut mereka bisa digunakan utk melawan HTI.

Instrumen hukum dan kepolisian tidak cukup kuat utk menghabisi HTI, maka digunakanlah stempel "anti Pancasila dan anti NKRI" sebuah stempel yg sudah lazim digunakan rezim penguasa sejak zaman dahulu utk menyerang lawan politik mereka. Stempel "anti Pancasila dan anti NKRI" yg dituduhkan kpd HTI mereka yakini juga sebenarnya tidak akan berhasil utk menghabisi HTI, karena mereka sendiri tahu (khususnya kepolisian) bahwa HTI itu tidak pernah melanggar hukum dan anti kekerasan, maka digunakanlah alat yg lain yaitu "membenturkan dgn ormas yg lain" dlm hal ini ormas yg dianggap moderat, dan kita bisa lihat alat yg mereka gunakan adalah GP Ansor dan Banser serta ormas2 lain yg dianggap bisa dipakai sbg alat, entah ormas2 ini sadar atau tidak yg jelas mereka sudah dijadikan alat utk dibentur2kan dg HTI.

Usaha membentur2kan itu dg harapan agar HTI bereaksi keras juga melakukan perlawanan sehingga terjadinya aksi kekerasan, dg adanya aksi kekerasan yg diharapkan dilakukan HTI itulah bisa dijadikan alasan utk membubarkan organisasi HTI. Upaya ini nampaknya juga gagal dilakukan terbukti dg beberapa kasus spt di Surabaya Jawa Timur dan wilayah di Jawa Tengah, serta beberapa wilayah lain, HTI tetap konsiten dg thoriqoh dakwahnya yg tanpa kekerasan shg konflik yg diharapkan itu justru tidak berhasil.

Rezim penguasa kembali memutar otaknya, mereka kemudian menggunakan istilah "potensi gangguan keamanan dan ketertiban"...Ormas2 yg dijadikan alat tadi (baik mereka sadari atau tidak sadari) kemudian kembali mereka mainkan dg upaya pembubaran, penghadangan, penggagalan berbagai kegiatan dakwah yg dilakukan oleh HTI atau syabab HTI, (walaupun yg dibahas dlm pengajian itu hanya tema2 "percintaan", masalah narkoba dll yg tidak ada hubungannya dg isu Pancasila dan NKRI).

Hal ini bisa dilihat dari kasus ust. Felix Y. Siauw di Malang atau kasus BKLDK di Bangka Belitung...Istilah "potensi gangguan keamanan dan ketertiban" ini akan sengaja dibuat banyak terjadi kasus "penolakan" dari "elemen masyarakat" yg lain sbg legitimasi rezim "merah" penguasa utk menghabisi HTI.

Satu hal yg tidak boleh ketinggalan (wajib hukumnya bg mereka) adalah peran media sbg alat propaganda pencitra burukkan HTI, ini sangat penting utk mempengaruhi otak masyarakat seakan2 HTI itu adalah organisasi yg sangat berbahaya, perusuh dan pemecah-belah NKRI dan tentu isu "anti Pancasila dan anti NKRI" nya akan terus mereka goreng ( sampai gosong kali...he, he...). Hal ini bisa dilihat dari media2 baik cetak maupun elektronik yg pro rezim spt Metro TV, Kompas TV, Media Indonesia dll.

#KamiBersamaHTI

📖RENUNGAN:AL-QURANKU BERDEBU📖

Jika kita memiliki rak buku maka pasti akan terlihat beberapa buku yang mulai berdebu. Dari rentetan buku yang berjajar itu biasanya buku yang berdebu adalah yang jarang disentuh apalagi dibaca.

Coba perhatikan rak buku kita sekarang, kira-kira buku apakah yang berdebu? Semoga saja buku yang tak begitu penting saja yang berdebu. Sungguh merugi jika ternyata buku yang berdebu itu adalah Al-Qur’an. Buku panduan hidup yang terpenting yang kini seakan tidak penting lagi.

Mungkin selama ini kita hanya menganggap Al-Qur’an sebagai kitab yang harus dimiliki setiap rumah. Kitab kebanggaan umat islam. Wajib dibaca bagi seorang yang mengaku muslim. Namun adakah kita pernah merenungi isi Kitab suci tersebut? Ataukah selama ini Al-Qur’an hanyalah kita anggap sebagai sebuah Kitab yang berpahala saat dibaca? Atau hanya sebagai bukti identitas ke-musliman kita?

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيراً ٨٢

“Maka tidakkah mereka merenungi al-Quran? Sekiranya (al- Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”(An Nisa’ 82)

Coba renungkan Firman Allah tersebut. Dia tidaklah menginginkan hamba-Nya untuk sekedar membaca Al-Qur’an walaupun itu berpahala namun Allah ingin hambanya benar-benar merenungi Kitab suci ini. Karena Al-Qur’an bukan hanya dongeng belaka namun didalamnya terdapat samudera ilmu dan jalan keluar bagi segala masalah yang menimpa manusia.

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ٢٤

“Maka tidakkah mereka menghayati al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?” (Muhammad 24)

Apakah hati kita telah terkunci sehingga kita telah mengabaikan Al-Qur’an?

لقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ١١١

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.”(Yusuf 111)

Dan apakah kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang berakal?

إن هذا القرآن مأدبة الله، فتعملوا من مأدبته ما استطعتم

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah hidangan Allah. Maka belajarlah dari hidangan itu semampu kalian” (Rasulullah sholallohu alaihi wasallam)

Al-Qur’an yang ada ditangan kita ini mirip dengan harta karun. Harta itu terpendam didalam tanah. Siapapun yang ingin mendapatkannya harus susah payah menggali tanah tersebut. Sama halnya dengan Al-Qur’an.

Kita tidak akan mendapat kandungan Al-Qur’an yang begitu dalam dengan hanya sekedar membacanya saja. Untuk memperoleh kedalaman ilmu Al-Qur’an kita harus banyak merenung dan mempelajarinya dengan teliti hingga muncul hikmah-hikmah yang begitu agung dari ayat-ayatnya.

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ ٢٩

“Kitab (al-Quran) yang Kami Turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.”(Shad 29)

Oleh:Ustadz Muhammad bin Alwi
Marilah kita bersama-sama menyelami samudera ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an yang kita cintai.