Friday, May 12, 2017

Menjaga Keutuhan Negeri

Siapapun takkan suka negerinya tercabik-cabik tak karuan, menjadi mangsa negara-negara kapitalis yang memang mengincar sedari dulu, menjajahnya dengan cara yang baru

Bila dulu negeri ini dipisah buyarkan oleh penjajah dengan politik belah bambu, adu domba, maka Islamlah yang tampil untuk menyelamatkan negeri, mengikat mereka jadi satu

Kaum Muslim disemangati bahwa cinta agama berarti pertahankan negeri, sebab hilangnya tanah berarti hilangnya aqidah, maka pertahankan tanah adalah menjaga aqidah

Semua beda disatukan dengan kalimat Allah, ayat-ayat Allah yang menghantar mereka maju ke medan jihad, melawan penjajah adalah bagian dari agama, begitulah Islam

Alhamdulillah atas rahmat Allah, negeri ini bebas dari penjajahan, kaum Muslim yang berjasa besar rela agar negeri ini ditinggali bersama-sama, dari sabang hingga merauke

Semangat Islam yang menaungi semua kepercayaan dipakai, dan ayat-ayat Allah diusahakan menginspirasi tiap-tiap sendi negeri, walau tak sempurna namun terus diperjuangkan

Ruh Islam tak hanya membekas, tapi sudah tertanam dalam jiwa-jiwa kaum Muslim, Islam yang secara alamiah damai, selamat dan menyelamatkan, ramah, rukun dan tenteram

Tapi penjajah memang selalu serakah, mereka mencoba masuk dengan cara baru, ingin kembali menguasai negeri ini dengan kasar, bahasa jawanya "nggragas", begitu

Kali ini mereka tak hanya ingin tanah dan harta negeri ini, tapi sekaligus mencabut aqidah Islam dari negeri ini, menghilangkan dasar negeri ini yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa

Jadilah negeri ini terpecah, kekasaran penjajah model baru ini diwujudkan dengan penistaan agama, pengusiran ulama, pembubaran kajian, menyulitkan agenda Islam

Lihatlah apa yang terjadi saat Islam yang telah berada dalam jiwa kaum Muslim yang merupakan saham terbesar negeri ini ingin dicabut, kekacauan terjadi di penjuru negeri

Pertanyaannya, siapa yang tak sayang negeri ini? Mengapa kaum Muslim justru terus menerus dituduh sebagai pemecah negeri? Sementara penjajah kian nyata justru dibela?

Sedihnya kita melihat provokasi "Islam sumber perpecahan" itu justru seringkali muncul dari penguasa dan pihak berwenang, duh, mau kemana dibawa negeri indah ini tanpa Islam?

Bersamamu Di Jalan Dakwah Berliku

Ada terlalu banyak kisah yang takkan sempat dituliskan untuk sebuah kemenangan, lebih banyak lagi kisah yang tak mungkin diceritakan dalam proses perjuangannya

Apalagi di jalan dakwah, sebab tiap-tiap tikungannya adalah warna yang memberi kesegaran, dan tanjakan-tanjakannya adalah cahaya yang menghangatkan dan menerangi

Dakwah memang tak selalu tentang hasilnya, tapi lebih kepada alasan mengapa kita menjalaninya, bagaimana kita melakukannya, dan juga bersama siapa kita diatas jalan itu

Begitulah aku tanpamu sudah menjalaninya dengan segala keterbatasan diriku, dan engkau menjalaninya dengan segala kelebihan dan semangat yang engkau miliki

Tapi jalan dakwah memang tak menerima kesendirian, sebab hanyalah Allah yang berdiri sendiri, sedang takdir makhluk adalah bekerjasama dan saling bergantung pada yang lain

Momen dalam gambar ini tidak serta-merta terjadi, tidak semudah yang dicitrakan. Ada silang pendapat, ada kecewa, ada beda jalan ada pula masa-masa sulit mengucap kata-kata

Tapi disitu pula ada kerinduan saat berpisah, canda-tawa saat bersama, ada berbagi rasa di meja juga rasa dalam perjuangan, ada cinta yang Allah karuniakan bagi hamba-Nya

Yang kita tahu jalan dakwah ini panjang dan melelahkan, tajam tikungannya dan curam tanjakannya. Yang juga kita perlu ketahui, Allah berikan itu semua sebagai kenikmatan

Dan diantara kenikmatan terbaik yang Allah berikan, adalah saat engkau bisa bersama dalam beda, saling mendukung dalam canda, saling mendoakan dalam tiap-tiap perjuangan

Saat permusuhan diganti ikatan hati, saat murka Allah berganti ampunan dan naungannya di hari kiamat. Saat itu kita akan mensyukuri, ukhuwah kita dalam dakwah

Pentingnya Media Sosial part 2

Misalnya dalam kasus penistaan agama kemarin, jelas-jelas ada buzzer yang disewa oleh klien, yang menginginkan terbentuknya opini positif terhadap penista agama

Maka para buzzer mengerahkan akun yang mereka miliki untuk melakukan 2 hal, menaikkan citra penista agama, dan menyerang yang bertentangan dengan penista agama

Para buzzer ini diarahkan hingga mengambil angle (sudut pandang) yang dianggap bisa mengalihkan, menyesatkan, atau memalingkan orang dari kebenaran untuk kepentingannya

Misalnya mereka ramai-ramai membuat opini "mending kafir jujur atau Muslim korupsi?", atau "pilih pemimpin jangan lihat agama", atau "pilih kami berarti cinta keberagaman"

Sebaliknya, menuduh "hati-hati kalau tidak pilih kami, akan terjadi radikalisme, ekstrimisme, anarkis", "Islam itu anti-kebhinekaan, anti-NKRI, anti-Pancasila dan ekstrim"

Selanjutnya komentar-komentar ini dimunculkan di tulisan-tulisan, dibuat seolah viral, juga di tiap-tiap akun yang menentang, seolah banyak yang mengopinikan, padahal tidak begitu

Politik pencitraan, begitulah yang kita lihat pada kiriman karangan bunga akhir-akhir ini, seolah banyak simpati, padahal tidak seperti yang terlihat, pencitraan via media sosial

Yang bertentangan dengan kliennya? Langsung dihabisi dan dibunuh karakternya, dengan komentar negatif, mencari kesalahan, tidak jarang mengarang fakta fiktif, fitnah dan bohong

Maka jangan kaget di kolom komentar nanti dipenuhi hal-hal semisal itu, akun-akun fiktif yang memang tugasnya mencaci, menista dan merekayasa opini

Tentu tidak semua, ada juga mereka yang terbawa opini lalu ikut-ikutan mengkampanyekan satu hal, hanya ini sebagai pengetahuan saja, agar kita tetap bijak menyikapi

Bersambung ke posting berikutnya

Pentingnya Media Sosial

Lalu bagaimana kita menyikapi media sosial dan menggunakannya untuk kebaikan? Misal mendakwahkan Islam dan menyebarkan pesan-pesan kebaikan pada semua?

Pertama, kita harus memahami bahwa kebenaran itu bukan dengan banyaknya, tapi sumbernya. Akun dengan follower banyak, atau opini yang banyak disampaikan, belum tentu benar

Tapi kebenaran adalah dari Allah dan Rasul-Nya, selama sumber yang dipakai adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka itulah kebenaran yang harus kita pegang dan sampaikan

Kedua, bisa jadi pendapat yang diopinikan seolah-olah dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, padahal bukan. Maka lihat akhlak yang menyampaikan, lihat kecintaannya pada Islam

Bisa juga kita mericek kebenaran itu lewat referensi-referensi yang lebih otoriatif, atau mencari pendapat ulama yang memang benar-benar takut kepada Allah Azza wa Jalla

Ketiga, jangan rekatif dengan provokasi dan komentar orang lain, karena para buzzer negatif tak ambil pusing dengan itu, abaikan saja tak perlu mndebat di media sosial

Ambil waktumu fokus pada dakwah Islam, tak perlu urusi mereka yang tak suka, apalagi kemungkinan besar itu akun fiktif, rugi energi bisa jadi malah dosa dan Allah tak ridha

Jawaban terbaik bagi mereka yang buruk perangainya adalah diam, bila mau membalas maka balaslah dengan akhlak yang baik, atau doakan saja semoga Allah berikan kebaikan padanya

Karena mendebatnya, apalagi membalas dengan kasar, itulah yang dia inginkan, sebab dia akan punya bukti untuk berkata "Betul kan, Muslim itu kasar dan tak berakhlak"

Jika punya waktu lebih, report saja, atau block saja. Ingat, menuliskan hal kotor itu mengotori jiwa, membalas dengan kasar itu membuat hati menjadi keras, tak perlu semua itu

Hajat kita akan ampunan Allah jauh lebih penting dari semua kata manusia, siapa yang hanya inginkan balasan dari Allah, maka puji dan caci manusia tak ada harganya

Semoga manfaat ya

Karena Islam

Karena Islam adalah cinta, maka yang kasar mengenalnya akan berubah menjadi lembut hatinya, membuatnya mampu memahami manusia dan berlaku bijak terhadapnya

Karena Islam itu keberanian, maka tiap manusia yang didalamnya akan terurai lidahnya, memudahkannya dalam berdakwah pada manusia dengan takut hanya pada Allah

Karena Islam itu menyatukan, maka yang bersamanya pasti pula akan bersama-sama dalam kebaikan, sebab Alah telah megikat hati-hati mereka dalam kecintaan pada-Nya

Karena Islam itu sederhana, maka taqwa adalah pakaian mereka yang beriman, tak perlu bersinar untuk dilihat, menyolok untuk diperhatikan, sebab Allah cukup bagi mereka

Karena Islam itu menenangkan, maka mereka yang memeluknya akan teduh wajahnya, dirindukan kehadirannya, menyejukkan ucapannya, dan mulia perilaku dirinya

Karena Islam itu mencerahkan, maka yang mengenalnya akan terus terinspirasi untuk berkarya, bermanfaat bagi sesamanya, menjadi yang terbaik di bidangnya, berkontribusi

Karena Islam itu mencukupi, maka siapapun yang meyakininya pasti tak gentar menghadapi dunia, tak jatuh di tanjakannya, tak terjungkal di turunannya, semua jadi mudah

Karena Islam itu penuh belas kasih, maka perhitungan mereka yang memegangnya bukan hanya dunia tapi akhirat, tak rela manusia menderita dan tak iri manusia berbahagia

Itu yang saya dapatkan di dalam Islam, yang bila diurut lagi kebawah, tentu kita takkan mendapatkan waktu dan kalimat yang cukup, sebab Islam itu segala-galanya

Bagaimana dengan kamu? kamu.. kamu.. iyaa.. kamuuu.. kamu juga boleh kalau mau

Nilai Diri Kita sblm milai diri org lain

Seseorang yang satu nilai biasanya akan bersama-sama, secara alamiah. Yang baik biasanya berkumpul dengan yang baik, dan yang buruk juga begitu

Lebih dekat lagi, artis ya mainnya sama artis juga, yang berada arisan juga sama yang berada, karena frekuensinya sama, karena pembicaraannya pun selevel

Buruh kasar misalnya takkan nyaman berkumpul dengan ahli IT, sebab pembicarannya "nggak nyambung", "roaming", dan tentu tidak akan saling cocok satu samalain

Secara alamiah, pendosa akan berkumpul bersama pendosa, dan yang taat akan berkumpul juga dengan yang taat, begitulah Rasulullah sudah mengisyaratkan sejak dulu

Bahwa "manusia itu akan bersama dengan yang dicintainya". Maksudnya bukan hanya di akhirat, namun juga di dunia begitu, karena cinta itu mengagumi, lalu menyerupai

Maka wajar bila orang yang saling mencintai biasanya mirip tingkahnya bahkan rupanya, mirip tingkat keimanannya, bahkan mirip pula dalam hal pilihan hidupnya

Lihat sekeliling kita, maka itulah nilai kita dan masa depan kita, sebab yang membersamai kita, yang mendukung kita, pasti yang satu level dengan kita sendiri

Maka bila ingin berubah lebih baik, berkumpullah dengan yang baik-baik. Mungkin diawal akan merasa tak nyaman, tapi bukankah tetap buruk itu lebih tak nyaman?

Sebaliknya, bila tak ingin terpengaruh buruk, jangan coba-coba membersamai mereka yang tidak taat pada Allah, maka kita akan terpaksa mengikuti dan menyesuaikan

Lebih bagus dipaksa baik ketimbang rela maksiat. Lebih baik dipaksa masuk surga ketimbang ikhlas di neraka. Ingat, kita bersama dengan orang yang kita cintai

Maka bila belum mampu beribadah dengan baik, minimal kita mencintai mereka yang beribadah, memudahkan mereka, insyaAllah dibukakan jalan kebaikan bagi kita

Bila belum mampu menjadi orang berilmu, minimal jangan benci ulama. Sebaliknya cintailah dan mintalah doa pada mereka, minta nasihat agar kita dipermudah dalam hijrah

Sungguh cinta adalah penyemangat hijrah. Dan mencintai Allah dan Rasul adalah kekuatan. Kemudian membersamai mereka yang taat, itu adalah kunci istiqamah

Cara Membalas Caci Maki

Sampai sebuah kisah kepada kita tentang Al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu Rasulullah saw, yang sedang berjalan bersama anaknya, Muhammad, menuju pasar

Maka datanglah seseorang yang tak dikenal oleh beliau, lalu mencaci maki beliau, panjang serta banyak caciannya, lagi menyakitkan bagi yang mendengarnya

Al-Hasan bin Ali hanya diam saja, sementara Muhammad hanya mendengar tanpa komentar. Hingga selesailah semua umpat dan laknat itu setelah lamanya

Bertanya sang anak pada ayahnya, "Duhai ayahku, mengapa engkau tak membalas atau membela diri?", tanyanya dengan penuh kebingungan, mencari penjelasan

Jawaban Al-Hasan sangatlah indah, "Sebab aku tak tahu bagaimana cara membalasnya". MasyaAllah, keindahan akhlak cucu Nabi, pelajaran bagi kita semua

Sebab ia tak temukan kosakata kotor yang bisa digunakannya untuk membalas, bahkan kalimat "kamu pun tak lebih baik dariku", Al-Hasan tidak mampu menemukan

Begitulah keagungan akhlak yang dibentuk Islam, bila yang memenuhi hati adalah ayat Allah dan hadits Rasul-Nya, lalu mana lagi tempat untuk kata-kata kotor?

Bila yang dibaca tiap masanya adalah firman Allah yang indah, dan penguatnya adalah lisan Rasulullah yang mulia, maka membalas caci-maki pun jadi tak berselera

Padahal Al-Hasan cucunya Nabi, nasabnya tinggi, pribadinya ranggi, senantiasa murah hati, sedar kecil dididik Nabi juga sangat disayangi, surga pun sudah menanti

Lalu siapa kita? Yang bukan keluarga nabi, amal berantakan, hisab menegangkan, surga belumlah jaminan, lantas kita tak bersabar dengan akhlak penuh keindahan?

Bilapun orang mencaci dengan kata dan cara yang paling kotor, biarkanlah sebab kita takkan dihisab dengan itu semua. Tapi kita akan dihisab bagaimana cara menyikapinya

Maka siapkan diri kita, perbanyak interaksi dengan Al-Quran dan Sunnah, walau kita mungkin tak semulia Al-Hasan, tapi kita bisa berusaha mengisi jiwa hanya dengan kebaikan ☺️☺️☺️

Kebaikan Itu Tak Terduga

Kita tak tahu darimana kebaikan itu Allah akan hantarkan pada kita, bisa jadi dari arah yang tidak kita duga atau sangka, sebab itu rahasia dan jani Allah pada hamba-Nya

Terkadang Allah menyembunyikan kebaikan agar jadi berharga, sebagaimana malam al-qadar disembunyikan diantara malam Ramadhan, agar kita punya pengharapan

Termasuk di dalam musibah sekalipun Allah sertakan kebaikan, bagi mereka yang mau bersabar, tetap dalam ketaatan pada Allah, mengikuti koridor syariat-Nya

Karenanya Allah menegaskan "Sungguh bersama kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan ada kemudahan". Asal kita mau bersabar dan taat menjalaninya

Laksana Bunda Hajar yang mencari air hingga 7x lintasan bukit Shafa -Marwah, namun air yang dicari justri hadir di kaki Ismail, tapi tak ada yang sia-sia, semua karena Allah

Jerih payah Bunda Hajar, Allah abadikan dalam ibadah sa'i, jutaan manusia mengingat kisah itu, bahwa kebaikan bisa jadi Allah berikan dari arah yang tak diduga

Firaun membunuhi anak-anak lelaki karena takut dilengserkan, Musa malah dibesarkan di dalam istananya, begituah Allah selalu memberi kebaikan dari hal yang tak dikira

Kafir Quraisy pun mengira mereka menghabisi dakwah Rasul dengan tekanan, intimidasi, propaganda dan pemboikotan, namun begitulah kebaikan datang tak diduga

Umar bin Khaththab, salah satu aset Quraisy untuk menghabisi Islam, malah jadi pembela Islam. Menyusul selanjutnya pemuda-pemuda andalan Quraisy menerima Islam

Saat Abu Thalib, Hamzah bin Abdul Muthalib, Bunda Khadijah wafat, orang mengira Rasulullah kehilangan semuanya, justru sebaliknya Allah memberikan kebaikan

Rasulullah diangkat ke sidratul muntaha setelah melakukan perjalanan malam, berjumpa dengan Allah, menerima cara untuk meminta dan memohon pada Allah lewat shalat

Tak berapa lama dari peristiwa isra miraj, Rasulullah menerima dukungan dari penguasa Yastrib, lalu hijrah ke kota itu. Maka cahaya Islam menyinari kota itu

Terlalu banyak untuk dikisahkan, bagaimana Allah memberi kebaikan dari arah yang tak diduga-duga. Kesemuanya menjadi penghibur bagi kita yang sekarang berjuang

Termasuk hari ini saya mendapatkan rezeki dari arah tak diduga, makan sekeluarga, saat ingin membayar ternyata sudah ada yang menyelesaikan semuanya

MasyaAllah, saya bermobil, mereka yang membayari bermotor, memang kebaikan itu tak diduga. istrinya pun sedang hamil, semoga anaknya diliputi kebaikan senantiasa ☺️☺️☺️