Sedari dulu saya sudah menulis tentang kasus penistaan agama ini, bahwa bila dibiarkan terus melebar, pasti akan menimbulkan perpecahan, dan kini kita lihat semuanya
Tak usah perlu pembelajaran tinggi untuk melihat benih-benih perpecahan di negeri ini sudah mulai bertunas, siap tumbuh menjadi belukar bila terus dibiarkan
Pemerintah yang sangat lamban bahkan terkesan membiarkan, menimbulkan ketidakadilan yang dirasa nyata diantara kaum Muslim, hingga berjilid aksi dilakukan
Tapi penguasa dan pihak berwenang membiarkan, dan malah seolah menjadikan penista agama sebagai korban, menstigma pensita agama seolah simbol kebhinekaan
Sebaliknya, mereka yang menuntut keadilan dicap bergerak sebab politik, dibayar, makar, kudeta, SARA. Hingga terciptalah polarisasi di tengah-tengah ummat
Adalah penista sendiri yang terus-menerus mengungkit SARA, seolah semua masalahnya karena etnisnya dan agamanya, padahal masalahnya adalah penistaan agama
Lihat hari-hari ini, hal yang harusnya bisa diselesaikan cepat lalu berpotensi menjadi perpecahan berbasis beda agama dan beda suku, Indonesia sekarang merisaukan
Mereka yang mendukung si penista membawa masalahnya ke ranah agama, juga ke ranah suku. Muncul wacana-wacana disentegrasi wilayah yang mayoritas non-Muslim
Inilah yang diinginkan penjajah gaya baru, Indonesia dipecah, yang Muslim dibuat berselisih dengan saudaranya, yang non-Muslim dibuat bentrok dengan yang Muslim
Beginilah penista agama dan komplotannya merusak semua kerukunan itu. Dari sini kita pahami, bahwa bila Islam tidak memimpin, kerukunan sulit tercipta
Sebab hanya Islam yang bisa menempatkan manusia, apapun agamanya pada tempat tempat terhormat, menjaga kerukunan itu sesuai dengan syariat Allah
Sebab Islam itu menyatukan, sebagaiman Aus dan Khazraj, Muhajirin dan Anshar. Dan tentu saja menyatukan seluruh kaum Muslim di dunia, dengan aqidah Islam